Lamunan di dalam bis miniarta

Aku duduk di bis tepat disamping kaca dan menghadap ke arah kaca. Terbenam membisu memandang keluar kaca. Mengamati tiap-tiap kendaraan yang lewat. Berharap akan menemukan kamu diantara kerumunan itu. Dan mendapatinya sedang menuju bis yang sedang kunaiki, terburu-buru melewati orang banyak dan segera duduk disampingku. Aku mengharapkan itu. Lebih dari apa pun.
Tapi sudah berjam-jam aku duduk sendirian melihat ke arah pintu masuk atau pun kaca di sampingku. Berharap menemukan tanda-tanda kehadirannya walau hanya sekecil apa pun. Tapi dia tidak pernah datang.
Sudah tak terhitung berapa banyak tegukan air mineral botolan yang telah aku minum. Sudah berapa banyak kenangan masa lalu yang aku putar untuk membuatnya tetap nyata dalam ketiadaannya. Aku tetap mengharapkannya. Walau kecil harapan dia akan menyadarinya. Aku tetap berlumur dalam kubangan kesedihan yang tak berujung. Hanya untuk membuatku terjaga dalam mimpi tentangnya.
Sekali lagi aku melihat ke arah luar. Menatapi lekat-lekat orang-orang yang masuk di pintu masuk di depanku. Tetapi hasilnya tetap sama. Aku tidak menemukannya.
Akhirnya sebuah pertanyaan hadir dalam rasa sakitku.
“Berapa lama lagi aku harus menunggunya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar